Kamis, 08 Desember 2011

Tafsir ’Al-Huda’

Aspek Bahasa

Sahabat terkasih Allah,
Di pembuka Tafsir Huda ini, marilah kita sejenak memperhatikan kata ’Huda’ yang tertera di surah al-Baqarah: 2 ”al-Kitab huwa Hudan lil muttaqin” al-Kitab (al-Quran) merupakan petunjuk buat orang-orang yang bertaqwa.. al-Quran mulia yang sedang  kita gali maknanya bersama merupakan risalah Ilahi yang pasti dan tak ada keraguan di dalamnya. Sehingga dengan tiada keraguan itulah Risalah tersebut dijadikan sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertaqwa. Mudah-mudahan Allah SWT menggolongkan kita bersama hamba-hambaNya yang bertaqwa baik di kala sepi ataupun bersama, dan di kala suka ataupun duka.

Huda: Arah/Petunjuk.
Di dalam pembahasan ini kita menggunakan kata ’Huda’, karena yang sering digunakan untuk menyatakan petunjuk ialah Huda. Walaupun ada beberapa perubahan yang akan kita bahas di sini.

Rabu, 07 Desember 2011

Tafsir 'Ar-Rahman'

Aspek Bahasa

Sahabat terkasih Allah,
Ar-Rahman; Maha Pengasih
Para ulama tafsir mengembalikan kata ’ar-Rahman’ pada akar ’ar-Rahmah’ yang berarti kasih-sayang. Dan rahmah sudah menjadi istilah bahasa indonesia yang kita pun sering menyebutnya dengan Rahmat.
Rahman merupakan hasil timbangan kata ’fa’lan’ yang mengandung arti ’Mubalaghah/ yang lebih dari sedianya’. Misalnya kata ’Ghadhab’ yang berarti kemarahan, jika berada dalam wazn Ghadhban maka artinya menjadi kemarahan yang meluap. Misalnya lagi kata ’Nadmun/penyesalan’ jika berubah menjadi Nadman maka berarti penyesalan yang mendalam. Artinya memiliki makna yang lebih dari sekadar marah dan sesal.

Di dalam al-Quran terdapat beberapa bentuk; kata kerja dan kata sifat yang terambil dari ’ar-Rahmah’.

Tiga Jurus Menggapai Sang Panji!

Sahabat pembaca yang budiman, suatu kali saya bertemu dengan seorang siswa SD di dalam angkot. Anak itu tampaknya hendak berangkat ke sekolah. Lalu saya mencoba ngobrol dengannya.
 
            “Assalamualaikum…apa kabar, adek?”
 
            “Waalaikumsalam… Alhamdulillah baik, Om.”
 
            “Oya, kenapa kamu kok kayaknya berangkat kesiangan?”
 
            “Iya, Om. Rumahku cukup  jauh, Om. Nunggu angkot saja menghisap waktu lama. Sekarang ini sudah termasuk cepat lhoo,Om.”
 
            “Ooo, adek. kalau boleh tahu apa cita-cita adek kok semangat banget belajar?”
 
            “Hmm…Om, aku thu pingin merubah posisi hidup keluarga aku, ibuku sangat ingin agar aku bisa sekolah tinggi dan bisa merubah nasib keluargaku.”
 
            “Wah, bagu-bagus…muhah-mudahan Allah membuka jalan untuk kesuksesanmu, Dek.”
            “Amiin.”

Menyelami Makna Keyakinan dan Tawakal

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ditampakkan di kehadapanku oleh Allah bermacam  golongan umat. Lalu aku melihat sosok Nabi dan bersamanya pengikut yang kurang dari sepuluh orang, dan sosok Nabi lain, bersamanya satu atau dua pengikut saja, dan sosok Nabi lain dan tidak ada satu pengikut pun bersamanya.  Kemudian diangkat oleh Allah segolongan besar, sampai  kusangka mereka umatku.  Ternyata, mereka adalah umat nabi Musa a.s. kemudian aku melihat segolongan lain di samping mereka, dan dikatakan padaku: mereka adalah umatmu wahai Muhammad. Di antara mereka terdapat tujuh puluh ribu hamba yang akan masuk surga tanpa hisab.

Tafsir 'Al-Hamdu'

Aspek Bahasa

Sahabat terkasih Allah,
Jika kita tilik secara mendasar, kata “al-Hamdu” berasal dari akar kata “Hamida-Yahmadu” yang berarti memuji atau menyanjung. Misalkan; Ahmadullaha berarti saya memuji Allah SWT. Sedangkan Hamdu sendiri berarti pujian/sanjungan. Misalkan; hamdan katsiran berarti pujian yang melimpah.

Sahabat terkasih Allah,
Di dalam al-Quran, penerapan kata ’Hamdu’ tergambar dalam beberapa bentuk yang setiap bentuknya memiliki makna berbeda dari satu sisi, dan memiliki kesamaan maksud dari sisi lain. Kita ambil contoh dalam beberapa ayat:

Jumat, 02 Desember 2011

Niat: Semakin Kuat Malah Semakin Menyanyat

  Seorang Nawa, gadis tanggung penuh anggun titipan yang mahaKuasa. Paras indah seindah Ummu Salamah[1] kekasih Nabi mulia. Nawa yang sedari kecil hidup di tengah-tengah keluarga sederhana. Yah, sederhana, oleh sebab bapaknya seorang kuli pabrik yang setiap harinya manguras tenaga demi menyambung hidup keluarga. Ibunya seorang ibu rumah tangga, yang sedari dulu ingin berjualan makanan ringan di samping rumah, namun sampai detik ini belum juga dilaksana olehnya.

            Hidup dalam keluarga sederhana dan dunia pelosok tiada bermasalah. Bagi Nawa, hidup adalah bagaimana dia bisa merubah. Merubah asa menjadi kuasa, kelemahan menjadi kekuatan, kondisi terpuruk menjadi terbaik, bukan malah terpuruk lagi terkutuk. Dalam naungan kelemahan yang terasa menyenyat itu, Nawa bangkit mencari tahu lebih dalam makna hidup dalam diri dan keluarganya.